Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Cerita Tentang Mimpi

Pernahkah melihat seorang tertidur lelap namun matanya bergerak-gerak? Maksud saya, kelopak matanya tetap tertutup, namun bola mata di dalamnya nampak bergerak ke kiri dan ke kanan. Bukan gerakan yang pelan, tetapi gerakan yang agak cepat. Jika pernah, kemungkinan anda saat itu sedang menyaksikan seorang yang terjaga dalam mimpinya. Jika belum pernah, kemungkinan ada seorang lain yang pernah menyaksikan bola mata anda bergerak-gerak cepat saat sedang tidur.  Satu hal saya yakini, kita semua pernah bermimpi, tentu dengan seribu satu jenis dan keanehannya. Pernah suatu hari, saya bermimpi dalam mimpi. Saat merasa sudah terbangun dari mimpi, ternyata saya masih sedang bermimpi. Lalu, ada yang lebih aneh lagi. Suatu malam, saya bermimpi sedang beradu kekuatan dengan seseorang, entah siapa. Tiba-tiba saya membatin, "Ah, buat apa beradu kekuatan, ini kan cuma mimpi. Sehebat apapun kamu, saya tetap akan baik-baik saja." Tiba-tiba saya sadar kejadian itu hanya mimpi. Entah bagaim

Tantangan Keabadian

Gambar
Keabadian, menurut saya, adalah salah satu hal yang nyaris mustahil dimiliki manusia. Nyaris, karena ada setidaknya satu hal yang bisa dilakukan untuk mengalahkan dimensi waktu, yaitu dengan menulis. Apa jadinya jika para pendahulu kita tidak pernah menemukan cara menulis? Kita mungkin tidak akan tahu bagaimana sejarah kehidupan di masa lampau, tentang bagaimana peradaban di masa lampau. Jauh sebelum huruf yang saat ini anda baca ditemukan, orang-orang mencoba mengabadikan kisah mereka melalui gambar. Di makam-makan Mesir kuno, ditemukan banyak gambar dengan adegan dari kehidupan orang yang dimakamkan ditempat itu. Bagi kita, rangkaian gambar itu berfungsi sebagai sumber informasi mengenai segala sesuatu tentang kehidupan masyarakat Mesir kuno di masa itu (Gombrich, 1985: 17). Peradaban Mesir kuno hadir sejak tahun 3100 sebelum masehi. Saat ini, kita sudah berada di tahun 2017 Masehi. Ini berarti, sejarah mereka telah bertahan selama kurang lebih 5100 tahun, dan masih akan

Mie Instan

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, mie instan sudah termasuk dalam daftar makanan "terlarang" untuk saya, termasuk untuk adik saya. Bukan karena kami tidak suka, tetapi karena ibu melarangnya. Bukannya menghentikan konsumsi mie instan,  kami malah semakin penasaran. Tak jarang  kami makan mie instan tanpa sepengetahuan ibu.  Apa cuma kami yang masa kecilnya dilalui dengan makan mie  mentah sembunyi-sembunyi? Di bangku kelas lima sekolah dasar (SD), indomie goreng mentah adalah salah satu menu favorit saat istirahat. Satu bungkus indomie goreng harganya sekitar seribu rupiah, dengan kemasan yang masih persis sama dengan yanga beredar di pasaran saat ini. Untuk mengolah mie instant ini, kami tidak perlu panci, air, dan kompor untuk merebus. Pengolahan ala anak seusia kami saat itu bahkan lebih instant dari yang ditampilkan disaran penyajian, cukup dengan mengepalkan tangan lalu memberi tekanan berupa tumbukan berkali-kali hingga mie instant yang masih terbungkus rapat i

Cinta Pertama

Gambar
CINTA PERTAMA Suatu sore, saya menjenguk tante yang baru saja melahirkan seorang bayi perempuan. Sambil mengganti pakaian bayinya, tante berusaha berkomunikasi seakan-akan bayi ini sudah paham apa yang dikatakannya. Saya hanya membatin “Bayi kan belum bisa berkomunikasi, ditanya papun tidak akan dijawab juga.” Saya tidak mengerti, mengapa orang dewasa mau repot-repot berkomunikasi dengan anak kecil? Kebingungan saya berlangsung cukup lama, hingga suatu hari saya mendapati Enda, adik saya, sedang melakukan hal yang sama – berkomunikasi dengan Difa, seakan-akan Difa mengerti apa yang dikatakannya. Difa adalah ponakan saya, yang waktu itu masih berumur beberapa bulan. “Kamu bngobrol sama Difa? Memangnya dia ngerti?” “Iya lah kak. Ajak saja bicara, lama-lama dia paham sendiri.” Itu pertama kali saya paham, mengapa orang dewasa selalu berusaha berkomunikasi dengan anak kecil – untuk membuat mereka paham. Mungkin dengan begitu pula, akhirnya bayi bayi yang lahi

Molekul Air di Jemuran

Gambar
Perubahan Wujud Zat Masih ingat bagan ini? Bagan tentang perubahan wujud zat. Pertama kali saya jumpai pada pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) di bangku sekolah dasar (SD). Setelah duduk di bangku kuliah, saya bertemu dengan bagan ini lagi. Ada satu pertanyaan yang membuat saya memutar balik bagan ini, googling kiri kanan, dan bertanya kesana kemari. “Cit, air mengalami penguapan setelah mencapai suhu seratus derajat celcius, kan? “Iya” “Misalnya, saat merebus air. Jika mencapai suhu seratus derajat, air mendidih, lalu menguap” “Iya, benar.” “Tapi, bagaimana dengan baju yang dijemur? Kenapa air pada baju bisa menguap, padahal bajunya tidak mendidih?” “Oh, iya juga yah.. Kenapa yah?” Saya tidak pernah benar-benar peduli tentang molekul air, hingga dilontarkannya pertanyaan tentang penguapan pada baju yang dijemur itu. Pertanyaanya menarik, karena saya juga tidak pernah memikirkan soal penguapan pada baju yang dijemur.  Saya penasaran, apakah air haru

Ketakutan Terbesarku

"Citra, bikin teh buat tante, nak" "Iye ummi" Membuat teh sudah menjadi tugas saya sejak duduk di bangku sekolah dasar. Setiap kali ada keluarga yang berkunjung ke rumah, saya selalu kebagian tugas membuat teh. Membuat minuman ini memang tidak sulit. Hanya saja, saya seringkali mendapat pesanan yang cukup membingungkan. "Tehnya jangan terlalu manis, Nak." Pesanan teh jenis ini yang biasanya membuat saya kebingungan di dapur. Saya tidak tahu yang "terlalu manis" itu seperti apa. Satu sendok gula untuk segelas air teh menurut saya belum cukup manis. Tapi, ketika teh dengan sesendok gula tadi saya sajikan, biasanya muncul pesanan lanjutan, "Cit, coba tambah air nak." Menurut saya teh itu sudah tidak terlalu manis, namun ternyata masih cukup manis. Masih ada tipe pesanan yang lebih membingungkan, "Cit, tehnya jangan terlalu pekat yah nak." Bagaimana pula menilai tingkat kepekatan teh? Saya bahkan belum mengenal rumus pe

5 Buku Terbaik Yang Pernah Saya Baca

Gambar
Makanan itu seperti buku. Jika makanan adalah sumber nutrisi bagi tubuh, maka buku adalah sumber nutrisi bagi jiwa dan pikiran. Pola membaca yang baik juga tidak berbeda jauh dengan pola makan yang baik. Salah satu contohnya adalah pola makan 4 sehat 5 sempurna untuk memenuhi kebutuhan gizi tubuh yang beragam. Setiap jenis makanan kandungan gizinya berbeda, kan? Karenanya, pola konsumsi yang beragam, seperti pola 4 sehat 5 sempurna, dapat mencegah defisiensi unsur tertentu karena nutrisi dari berbagai jenis makanan tersebut dapat saling mengisi, sehingga keseimbangan nutrisi tubuh dapat dipertahankan. Lalu, bagaimana dengan pola membaca yang baik? Membaca juga sebaiknya tidak hanya tentang satu topik. Ada begitu banyak tantangan di tengah-tengah lingkungan  masyarakat yang membutuhkan pemahaman tentang berbagai hal. Apa jadinya jika saya, sebagai anak biologi, hanya mau membaca tentang biologi? Selain buku biologi, saya juga membaca buku bahasa